Wednesday, 21 November 2018
Pemimpin Terbaik dari Keturunan Gadis Penjual susu (menantu Umar bin Khattab RA)
Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita ingin ada pemimpin yang pro-aktif menegakkan syariat Islam. Pemimpin yang berada pada baris terdepan dalam menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Pemimpin yang peduli pada pendidikan Islami dalam segala sisi kehidupan, sehingga masyarakat Aceh dicelupkan dalam sebuah wilayah Islami dengan kota-kota yang Madani.
Wahai para pemuda, ternyata pemimpin idaman pencinta syariat itu bisa dipersiapkan oleh generasi muda. Generasi muda yang jujur dan hatinya selalu dekat dengan Allah Swt. Seperti seorang gadis penjual susu di masa Umar bin Khattab. Ia miskin. Namanya pun tidak terkenal. Tapi karena kejujurannya, Umar bin Khattab memilihnya menjadi menantu, dan dari keturunannya lahirlah sosok pemimpin agung bernama Umar bin Abdul Aziz.
Ceritanya tentu kita sudah pernah mendengarnya. Tapi izinkanlah saya untuk mengulanginya, sebagai wujud harapan lahirnya pemimpin idaman di masa depan. Cerita ini bermula dari rasa tanggungjawab Umar bin Khattab dalam memimpin. Ia tidak bisa tidur di malam hari karena memikirkan masyarakatnya, sehingga setiap malam ia berjalan ke pelosok-pelosok kota dan desa untuk melihat kondisi masyarakatnya. Ia tidak tidur dan tidak diam. Siapa tahu ada yang membutuhkan kehadirannya.
Suatu malam, di kalam Umar letih berjalan, ia menyandarkan tubuhnya ke sebuah gubuk kumuh. Dan ketika itulah ia mendengar percakapan seorang ibu dan anak gadisnya. Ibu itu berkata, "Anakku, segeralah campur susu itu dengan air. "Maka berkatalah gadis yang selalu merasa Allah mengawasinya, "Ibu, apakah ibu tidak tahu bahwa Amirul Mukminin Umar bin Khatab melarang kita mencampurkan susu dengan air?" Sang ibu berkata, "Dimana Amirul Mukminin? Bukankah Umar tidak melihat kita?" Berkatalah sang gadis yang bertaqwa itu, "Jka Amirul Mukminin tidak melihat kita, maka Allah Tuhan dari Amirul Mukminin melihat kita!".
Saat itu Umar bin Khattab menangis. Air matanya jatuh bercucuran, bangga dengan gadis yang jujur, bertaqwa, dan yakin akan penglihatan Allah padanya. Segera Umar pulang kerumahnya. Ia memanggil anaknya 'Ashim bin Umar. Ia memerintahkannya untuk menikahi gadis yang kuat imannya itu, sehingga gadis itu pun dinikahi oleh 'Ashim bin Umar. Coba perhatikan, bagi Umar bin Kattab tidak penting siapa menantunya, tapu yang paling penting adalah bagaimana imannya.
Dari pernikahan 'Ashim dan gadis ini, lahirlah anak perempuan yang cantik dan diberi nama Laila. Kemudian Laila menikah dengan seorang laki-laki terbaik dari Bani Umayyah bernama Abdul Aziz bin Marwan. Dan dari keduanya Allah memberi rizki yaitu seorang anak bernama Umar bin Abdul Aziz bin Marwan, seorang pemimpin yang sangat baik dan membawa umat Islam pada puncak kegemilangan.
Ibnu Abdil Hakam dalam kitabnya Sirah Umar bin Abdul Aziz hal. 59 meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat pada masa itu berkata, "Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. "(Al-Qaradhawi, 1995).
Demikianlah salah satu potongan episode kegemilangan masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Dari mana pemimpin sukses seperti itu lahir? itu semua bermula dari kisah jujurnya seorang gadis penjual susu.
Pembaca yang dirahmati Allah. Dari kisah singkat ini, kita bisa mengambil ibrah dan pelajaran bahwa, jika kita benar-benar mau negeri kita dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar memperjuangkan syariat Islam, maka mari kita bentuk generasi muda yang jujur, beriman, bertaqwa, generasu yang merasakan bahwa Allah selalu melihatnya, kapanpun dan dimanapun ia berada. Aamiin.
Sumber:
Ustd. Muhammad Yasin Jumadi, Lc.
0 komentar:
Post a Comment