Saturday, 24 November 2018

Pentingnya Memahami Tajwid dan Makna Tilawah Al-Qur'an


Hai sobat Kampus, kali ini saya akan membahas terkait dengan Al-Qur'an fokusnya terkait dengan Tajwid. Yuk simak pemaparannya.

Makna Tilawah

Mahasiswa seharusnya sudah menjadi patron penggerak dalam segala hal, salah satunya di bidang Al-Qur'an ini. Melihat disekeliling saya masih banyak terdapat mahasiswa yang tidak bisa mengaji dengan baik, penulis mencoba membuat tulisan yang akan berfokus pada tajwid sehingga para mahasiswa dan khalayak umum lebih semangat dalam mempelajar Al-Qur'an. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat ulama tentang makna tilawah dalam ayat ini sebagai berikut. 
Pertama, Ibnu Mas'ud menyebutka, "Sesungguhnya haqqa tilawatih adalah membaca sebagaimana Allah turunkan, tidak menggubahnya sedikitpun dan menghalalkan apa yang Al-Qur'an halalkan, dan mengharamkan apa yang Al-Qur'an haramkan". 
Kedua, Umar bin Khattab mengatakan, " Orang yang mentilawah Al-Qur'an dengan sebenar-benarnya tilawah adalah orang yang membaca ayat rahmat, ia memintanya pada Allah, dan jika ia membaca ayat azab, ia berlindung kepada Allah darinya. 
Ketiga, Hasan Al-Basri berkata, "Tilawah adalah menerapkan hukum Al-Qur'an."
Keempat, ibnu Abbas menafsirkan tilawah ini sesuai dengan surat Asy-Syams ayat 2, yang maknanya, "Dan ketika bulan mentilawah matahari." Arti tilawah adalah mengikuti.

Dari beberapa penafsiran oleh ulama terkait ayat diatas, maka disimpulkan arti tilawah memiliki dua makna yang tak terpisahkan.

Pertama, membacanya dengan sebenar-benar bacaan seperti Allah turunkan dan tidak mengubahnya sedikitpun.
Kedua, mengikuti isi kandungannya dengan menghayati maknanya.

1. Sisi Pertama Makna Tilawah

Seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an terkait Haqqa Tilawatih, bahwa tilawah adalah bisa membaca Al-Qur'an dengan sebenar-benarnya bacaan. Karena bila kita sedikit saja salah membaca Al-Qur'an maka akan mengubah makna yang sangat jauh. Misalnya, salah huruf. Ada yang membaca, "Lailatul Qoderi hairummin alfi syahr". Seharusnya dibaca Khairun, artinya lebih baik. Kalau dibaca hairun, artinya heran, sesat, dan lainnya. Sehingga berubah maknanya menjadi, "Malam lailatul Qadar adalah malam yang heran, sesat dari seribu bulan". ini karena huruf Kha bertukar dengan huruf ha.

Kemudian ada yang salah panjang pendek. Misalnya, kata 'Wa iz qoola Muusa' yang Artinya, ketika Nabi Musa berkata. qooo dipanjangkan dan la dipendekan. Tapi ketika dibaca qo nya pendek dan la nya panjang, maka berubahlah artinya menjadi menggoreng. Sehingga jika dibaca  "Wa iz qolaa  Muusa" dengan qo yang pendek maka akan beruba menjadi, "ketika Nabi Musa menggoreng".

"Bismillah" artinya dengan nama Allah. Itu jika huruf sin dibaca benar. Tapi jika belum benar mengucapkan huruf "S" terbaca "tsa" maka berubah menjadi, "bitsmillah" artinya "dengan dosa Allah". Ismun artinya nama sedangkan itsmun artinya dosa. Banyak contoh lain yang tidak mungkin semua disebutkan yang intinya orang yang benar-benar beriman tentunya membaca Al-Qur'an dengan sebenar-benar bacaan.

2. Sisi Kedua Makna Tilawah

Sisi kedua dari tilawah ialah mengikuti isi kandungan yang dibaca dengan sebenar-benarnya ikutan. Orang yang beriman secara sungguh-sunggu kepada Al-Qur'an tidak hanya sekedar membaca Al-Qur'an, tapi ia mengikuti, mengamalkan isi kandungan setiap ayat yang ia baca. Tentunya dengan memahami makna yang dibaca.

Sebenarnya kekuatan Al-Qur'an itu ada pada makna terkandung. Dalam surah Al-Jin Allah mengisahkan bahwa suatu hari ada sekelompok Jin yang mendengar bacaan Al-Qur'an Nabi Muhammad, kemudian mereka mengatakan, "Sunggu kami sangat takjub mendengar Al-Qur'an". Pertanyaannya mengapa mereka takjub? apakah karena merdunya suara Nabi? bukan hanya karena itu, akan tetapi Jin berkata, "Karena Al-Qur'an menunjuki kepada kebenaran, sehingga kami tidak akan syirik lagi kepada Tujan kami". (QS.Al-Jin:1-2). Jadi isi kandungan Al-Qur'an  itu yang membuat jin-jin sangat takjub sehingga jin tersebut beriman.

Untuk memahami Al-Qur'an ada dua cara secara, yaitu: Pertama, Umar bin Khattab mengatakan, "Belajarlah bahasa arab, karena bahasa Arab itu adalah bagian dari agama kalian". kedua, Baca terjemahannya jika belum menguasai bahasa Arab, tafsirnya, atau mendengar penjelasan dari para ulama tentang ayat-ayat yang dibaca.

Semoga dengan tulisan ini kita semua dapat terus semangat memperbaiki bacaan dengan mempelajari Al-Qur'an serta mentadabburi kandungannya.

Sumber:
Yasin Jumaidi. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur'an. Modul. Darul Hijrah. Aceh Besar
Share:
Lokasi: Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Indonesia

0 komentar:

Post a Comment

Followers

Total Pageviews