Lesehan Kampus - Hai sobat kampus, ketemu lagi dalam kesempatan kali ini kita akan melihat dan mereview hasil Case Study Field Project. Wah apaan tuh bang? hmmm ini semacam review kita setelah selesai mengajar anak orang setelah mendapatkan kasus-kasus terbaru hahaha, semacam evaluasi gitu, tapi dalam bentuk curhat. Okkay tanpa memperpanjang mari kita santap hidangan nya @_@.
By Alfiani Nurmaulida
Dewasaini,sering sekali saya mendengar keluhan tentang betapa sulitnya memahami mata pelajaran yangada pada saat ini. Terutama pada mata pelajaran berbasis MIPA seperti fisika, biologi, kimia dan matematika. Namun diantara keempat mata pelajaran tersebut, hanya ada satu mata pelajaran yang sangat sedikit diminati dan sering dianggap sebagai mata pelajaran tersulit (killer), yaitu fisika. Anggapan ini tidak hanya saya dapatkan dari kalangan anak sekolahan saja, tapi juga dari kalangan mahasiswa dan orang dewasa, dan bahkan tak jarang keluhan itu juga saya dapatkan dari guru bidang studinya itu sendiri.
Padahal menurut saya pribadi, tidak ada mata pelajaran yang sulit untuk dipahami maupun di pelajari, sekalipun itu fisika. Yang membuat mata pelajaran itu menjadi terlihat sulit sebenarnya adalah karena kurangnya minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran tersebut serta kekurangtepatan guru dalam memilih metode pembelajaran yang akan di gunakan oleh guru tersebut terhadap peserta didik/ siswanya, sehingga siswanya sulit untuk menerima materi yang diajarkan.dan pada akhirnya timbulah argument argument serta statement-statement dari para siswa yang menunjukkan seolah fisika itu adalah pelajaran yang sangat sulit. Karena sesuai dengan apa yang telah saya ketahui, pemilihan metode pada strategi dalam proses belajar mengajar itu sangat menentukan hasil belajar yang akandicapaidalam proses pembelajarannya.
Alfiani Nurmaulida |
CASE-STUDY-FIELD PROJECT ,merupakan tugas lapangan studi kasus yang menuntut pelakunya untuk memahami dan menilai bagaimana cara seorang remaja mempelajari IPA/Fisika dewasa ini. Menurut saya, ini adalah tugas yang paling menyenangkan diantara tugas-tugas yang pernah saya dapatkan sebelumnya, karena saya dapat turun langsung kelapangan dan mencoba untuk berinteraksi serta mewawancarai seorang siswa.
Dalam pelaksanaan studi kasus ini, saya bersama seorang rekan saya mencoba untuk mewawancaraisalah seorang siswa yang bernama Safira Ulfa. Siswa yang akrab di panggil Fira ini,saat ini sedang duduk di bangku kelas X di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Proses wawancara ini dimulai dengan perbincangan tentang seputar kehidupan Fira. Mulai dari keluarga, kesehariannya di rumah dan kesehariannya di sekolah. Dari perbincangan ini, ada banyak sekali hal-hal baru dan menarik yang saya temukan dari fira. Ketika di tanyakan tentang ketertarikannya terhadap mata pelajaran fisika, fira mengatakan bahwa ketertarikannya terhadap mata pelajaran fisika ini bergantung pada gurunya.Dia bercerita bahwa guru nya yang di SMA saat ini sedikit membosankan, karena dalam pelaksanaan PBM gurunya hanya menjelaskan teori, rumus-rumus dan membahas soal saja. Berbeda sekali dengan guru fisika SMP nya yang dalam pelaksanaan PBMnya, lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan praktikum daripada menjelaskan teori.Disinilah saya menemukan satu hal yang menarik dari sosok fira. Berdasarkan apa yang diceritakannya tersebut, saya berkesimpulan bahwasanya fira merupakan sosok pelajar yang memiliki ketertarikan pada cara belajar yang sama seperti saya, yaitu cara belajar seperti yang dilakukan oleh guru SMP nya tersebut. Namun diluar dugaan, setelah membahas lebih lanjut tentang cara belajar fira, ternyata fira juga kurang menyukai cara belajar dengan guru SMP nya yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan praktikum dan hanya membahas sedikit teori saja. Fira lebih menyenangi cara belajar yang menjelaskan pemahaman konsep melalui teori namun juga harus disertai praktikum, daripada hanya dengan teori saja atau hanya dengan praktikum saja. Intinya dia lebih menyukai gabungan dari cara belajar yang digunakan guru SMA dan guru SMP nya tersebut.
Setelah mengetahui karakteristik dan cara serta gaya belajar yang di senangiolehfira. Saya dan rekan saya kemudian mencoba menjelaskan sebuah konsep IPA/FISIKA kepadanya. Pada first trial, penjelasan konsep dilakukan oleh rekan saya, konsep yang saya dan rekan saya pilih saat itu adalah mengenai Tekanan Hidrostatis atau Tekanan pada zat cair. Pada percobaan pertama ini, rekan saya memulai penjelasannya dengan menjelaskan sedikit teori di awal, kemudian dilanjutkan dengan melakukan sebuah eksperimen yang berkaitan dengan teori yang dijelaskan sebelumnya. Eksperimen dilakukan sembari menjelaskan konsep fisika yang terjadipadaeksperimen yang dilakukan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada saat itu, fira mengamati penjelasan konsep yang dilakukan rekan saya dengan seksama. Penyampaian materi pada first trial iniditutup dengan sedikit penguatan tentang alasan mengapa tekanan hidrostatis ini perlu dipelajari dan bagaimana aplikasinya yang lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut hasil pengamatan yang saya dan rekan saya lakukan, percobaan pertama ini terselesaikan dengan baik dan fira dapat memahami konsep yang rekan saya jelaskan. Hal ini dapat diketahui karena pada akhir penyampaian materi, fira dapat menjelaskan kembali mengenai konsep atau materi yang baru saja dijelaskan oleh rekan saya tersebut.
Setelah first trial berhasil dilakukan, saya dan rekan saya mulai menyiapkan konsep untuk percobaan penyampaian materi kedua yang akan dilakukan selanjutnya. Second trial ini dilakukan dengan sedikit perubahan strategi. Jika pada first trial rekan saya memulai penjelasannya dengan penyampaianteori, baru kemudian di ikuti dengan melakukan eksperimen. Maka di percobaan kedua ini saya memulai penjelasaanya dengan melakukan eksperimen terlebih dahulu,baru setelah itu diikuti dengan penyampaian teori.
Pada percobaan kedua atau second trial ini, saya dan rekan saya masih membahas materi yang sama dengan materi percobaan pertama. Bedanya, jika pada percobaan pertama, rekan saya menjelasakan konsep fisika tentang Tekanan Pada Air. Maka pada percobaan kedua ini saya mencoba menjelaskan pada fira mengenai konsep fisika tentang Tekanan Pada Udara. Penjelasan konsep ini saya mulai dengan mengajak fira untuk bermain teka-teki. Saya memintanya mencoba menyelesaikan teka teki yang saya berikan. Setelah memberikan nya waktu untuk mencoba, ternyata dia tak bisa menyelesaikan teka teki yang saya berikan tersebut. Akhirnya saya membantu nya untuk menyelesaikan teka teki tersebut. Setelah menyelesaikan dan memberi jawaban atas teka teki yang telah saya berikan itu, saya meminta fira untuk menyebutkan peristiwa apa yang terjadi pada eksperimen yang saya berikan tersebut. Berdasarkan peristiwa yang telah disebutkan oleh fira, saya kembali meminta nya untuk berhipotesis mengenai alasan mengapa peristiwa yang terdapat pada eksperimen itu bisa terjadi, dan menurut saya hipotesis yang disampaikan fira hampir benar, namun ada beberapa hal yang mungkin masih belum dapat dipahami oleh fira, sehingga ia sulit menjelaskannya nya lebih lanjut. Setelah mendengar hipotesis fira, akhirnya saya mencoba membantunya dengan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada eksperimen itu serta konsep fisika apa yang terdapat pada eksperimen tersebut.
Pada second trial ini, sempat terjadi kesalahpahaman konsep pada fira dalam memahami penjelasan yang saya berikan, hal ini dapat saya ketahui ketika saya meminta fira untuk kembali menjelaskan apa yang telah saya jelaskan sebelumnya kepada fira. Disinilah saya menyadari adanya kesalahpahaman konsep yang dipahami oleh fira. Namun, setelah saya kembali memberikan penjelasan lebih lanjut, akhirnya kesalahpahaman tersebut dapat teratasi dan fira dapat memahami penjelasan tersebut dengan benar.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Contohnya seperti yang saya lakukan pada second trial dimana saya memulai materi dengan memberikan teka teki terhadap siswa. Dengan pemberian teka teki tersebut, siswa akan lebih terpusat perhatiannya pada eksperimen yang saya berikan,sehingga membuat siswa terdorong untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan teka teki tersebut. Dengan rasa ingin tahu itulah siswa akan terfokus perhatiannya pada penjelasan yang saya berikan di akhir eksperimen.
Mengenai perubahan pemahaman yang saya alami. Benar. Ada perubahan pemahaman yang terjadi pada diri saya setelah melakukan tugas lapangan ini. Awalnya saya berfikir proses belajar yang lebih banyak menggunakan praktikum atau praktik itu lebih baik dari pada proses belajar yang hanya menjelaskan teori. Bahkan proses belajar yang hanya menggunakan praktikum tanpa teori saja sudah cukup baik menurut saya. Ternyata dari pengalaman saya dalam memahami karakteristik fira ini, saya mengubah fikiran saya, dimana proses pembelajaran yang hanya melakukan praktikum tanpa dibarengi teori itu tidak akan cukup. Lebih baik jika kolaborasi antara praktikum dan teori itu seimbang, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara baik dan tepat.
Bagaimana sobat kampus? semoga hasil pengalaman di atas menambah wawasan sobat kampus dalam mengajar.
Sumber:
Alfiani Nurmaulida
0 komentar:
Post a Comment